PAPUA - Penanganan korban gempa berkekuatan 5, 4 SR di Jayapura Papua pada Kamis 9 Pebruari 2023 terus dilakukan oleh pemerintah setempat termasuk personel dari Polda Papua.
Lebih kurang 2.500 warga yang tinggal di 15 titik tempat pengungsian terus mendapat perhatian dari pemerintah melalui Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB ) yang turut menyalurkan bantuan senilai Rp.1 Milliar untuk mempercepat penanganan darurat gempa di Jayapura.
Sementara itu untuk membantu memulihkan kondisi psikologis warga terdampak gempa di tempat pengungsian, pihak Polda Papua menerjunkan Tim Psikologi dari Biro SDM Polda Papua.
Kepala Biro SDM Polda Papua, Kombes Pol I Wayan Gede Ardana, SIK, MSi mengatakan pasca terjadinya gempa, pihak Polda Papua langsung menerjunkan personelnya untuk melakukan evakuasi terhadap korban gempa ke tempat pengungsian.
“Sementara dari Biro SDM kami melakukan upaya meredam kecemasan berlebihan yang timbul dalam diri warga akibat gempa bumi tersebut dengan mengerahkan Tim Psikologi, ”ujar Kombes GD Ardana, Minggu (12/2).
Dikatakan oleh Kombes GD Ardana, Tim Psikologi yang diterjunkan akan membantu warga di pengungsian dengan metode konseling dan relaksasi secara individual pada orang dewasa serta metode bermain pada anak-anak.
“Kali ini kami berikan trauma healing di tenda pengungsian Samping Bank BTN sebanyak 109 kepala keluarga dengan jumlah jiwa 426, ”jelas Kombes GD Ardana.
Baca juga:
Bharada E Tersangka, Ferdy Sambo Diperiksa
|
Diharapkan dengan pemberian bantuan berupa penyembuhan untuk mengatasi gangguan psikologis seperti kecemasan, panik, dan gangguan lainnya, bisa memulihkan kondisi ketahanan fungsi mental warga yang terdampak bencana ini.
“Kami berharap dengan trauma healing dan konseling ini bisa meringankan beban para korban dan semuanya segera pulih kembali, ”ujar Kombes GD Ardana.
Pamen Polri asal Karangasem Bali ini menyebut pemberian trauma healing juga difokuskan kepada anak – anak yang berada di pengungsian.
“Untuk trauma healing kami berikan penguatan kepada anak-anak dengan berbagai macam permainan untuk meringan beban psikologi yang terjadi kepada anak-anak, ” jelas Kombes GD Ardana.
Pihaknya menyebut, anak-anak lebih prihatin ketimbang orang tua karena orang tua masih bisa menyelamatkan diri ketimbang anak anak yang masih membutuhkan bantuan dari orang dewasa. (*)