JAYAPURA - Kabid Humas Polda Papua Kombes Pol. Ignatius Benny Ady Prabowo, S.H., S.I.K., M.Kom. mengikuti pelatihan komunikasi publik dengan tema "Public Speaking dalam Menangani Krisis Polri" yang digelar oleh Divisi Humas Polri bekerja sama dengan Lembaga Pendidikan ANTARA di Jakarta, Senin (15/5).
Acara tersebut juga turut menghadirkan para Kepala Bidang Humas (Kabidhumas) dari 34 Polda di seluruh Indonesia, dengan tujuan meningkatkan kinerja humas dalam membangun dan menguatkan citra serta reputasi Polri di masa depan.
Kepala Divisi Humas Polri dalam sambutannya, mengungkapkan pentingnya ukuran kompetensi dalam setiap profesi, termasuk profesi kehumasan. Ia menekankan perlunya para Kabidhumas Polri untuk menguasai kompetensi sesuai bidang kerja masing-masing guna meningkatkan kepercayaan publik dan reliabilitas.
“Pelatihan ini juga memfokuskan pada penanganan krisis Polri. Sandi mengatakan bahwa seorang juru bicara harus memiliki pengetahuan dan pemahaman yang baik tentang pengelolaan krisis, agar konflik yang mungkin muncul dapat diatasi tanpa mengganggu operasional organisasi atau institusi, ” ucap Sandi.
Selain itu, Sandi juga memberikan apresiasi atas kinerja sukses para Kabidhumas Polda dalam mengawal acara KTT G20, Arus Balik, dan Mudik. Namun, ia juga memperingatkan tentang ancaman berita bohong dan propaganda yang semakin sering ditemui di dunia maya, terutama menjelang tahun politik. Kedepannya diharapkan seluruh anggota Polri adalah pengemban fungsi kehumasan, dan juga sebagai agen-agen dalam memberikan informasi kebenaran dengan memanfaatkan medsos melalui like, share and comment.
Pelatihan ini bekerjasama dengan Lembaga Kantor Berita Nasional (LKBN) Antara sebagai pengelola kegiatan dan juga para pemateri handal yang adalah para wartawan senior Antara, praktisi PR, analis senior, redaktur pelaksana ANTARA, produser TV, dan ahli manajemen krisis. Materi pelatihan mencakup teknik komunikasi yang efektif dalam public speaking, teknik menyusun materi public speaking yang efektif Dan efisien serta teknik dan olah vocal atau teknik seni berbicara dan gesture, pengetahuan mengenai dampak disrupsi informasi, perkembangan teknologi media, karakter krisis, proses penyelesaian krisis, serta strategi merespon dan mengelola krisis.
Metode pembelajaran yang digunakan dalam pelatihan ini beragam, meliputi paparan materi, diskusi, simulasi, dan role play. Hal ini bertujuan agar peserta selalu terlibat aktif dalam pembelajaran. Pelatihan ini diharapkan dapat memberikan pemahaman yang mendalam kepada para peserta dalam menghadapi situasi krisis serta mengelola komunikasi secara efektif dan responsif. (*)